Senin, 10 Agustus 2009

SEMOGA PENUH ARTI

******************Maaf itu indah***************** *************************************************** *Dari Anas bin Malik r.a,dia berkata : “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda;Allah SWT berfirman : Wahai anak Adam,sesungguhnya selama engkau mau berdoa kepada-Ku dan mengharap Rahmat-Ku,maka Aku akan mengampunimu atas segala kesalahan-kesalahanmu dan Aku tak mempedulikannya. Wahai anak Adam,seandainya dosa-dosamu banyaknya sampai ke awan yang ada di langit,lalu engkau memohon ampunan kepada-Ku,maka Aku akan mengampunimu dan Aku juga tak akan memperdulikannya. Wahai anak Adam,seandainya engkau berjumpa dengan-Ku ( meninggal dunia ) dengan membawa dosa-dosa sepenuh bumi,sedang engkau saat berjumpa dengan-Ku tidak dalam menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun,maka Aku akan menjumpaimu dengan memberi ampunan sepenuh bumi pula”(H.R.Tirmidzi,Ahmad dan ad-Darimi) *Ibnu Umar r.a. pernah duduk bersama Rasulullah saw seraya berkata; “Aku menghitung lebih dari seratus kali Rasulullah saw mengucapkan,’Wahai Rabbku,ampunilah aku dan terimalah taubatku,sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat dan Maha Pengampun”(H..R Ahmad,Abu Dawud,Tirmidzi dan Ibnu Majah) Kedua Hadits di atas menunjukan kepada kita salah satu sifat Allah Swt yaitu al-Afwu atau kepema’afan.sifat ini adalah suatu sifat pemberian maaf atau ampunan kepada orang yang telah melakukan kesalahan kepada kita tanpa adanya rasa benci atau sakit hati terhadapnya,atau adanya keinginan untuk membalas padahal kita mampu untuk membalasnya. Jadi,memaafkan hanya untuk sementara waktu atau hanya sebatas di mulut saja(menyimpan perasaan dendam untuk membalas pada waktu yang lain)tidaklah termasuk kedalam sifat al-Afwu.begitu pula dengan sikap memaafkan dengan menyembunyikan rasa kebencian terhadap orang yang telah berbuat kesalahan,memaafkan karena terpaksa. Mari kita lihat sifat al-Afwu dalam pribadi Rasulullah saw,sikap beliau dalam memaafkan kesalahan orang lain yang menyakiti dirinya merupakan sifatnya yang utama. Dikisahkan bahwa ketika berahir perang Uhud,sebagian kaum muslimin mendapati bahwa wajah Rasulullah saw terluka dan giginya pecah-pecah,lalu mereka berkata kepada Rasulullah saw;.”seharusnya anda berdoa dan memohon musuh itu binasa”namun Rasulullah saw hanya menjawab.,”Aku diutus bukan untuk melaknati,tetapi aku diutus sebagai da’i dan pembawa rahmat.Ya Allah,berilah petunjuk kepada kaumku,sesungguhnya mereka tidak mengerti’ Dalam berbagai kesempatan Rasulullah saw selalu bersabda; “Barang siapa memberi maaf ketika dia mampu membalas,Allah akan mengampuni dia di saat dia kesukaran”(Al-Hadits) Ummul Mukminin,sayyidah ‘Aisyah r.a. belum pernah melihat Rasulullah saw membalas orang yang menganiaya beliau selama orang itu tidak melanggar larangan-larangan Allah Azza wa Jalla.akan tetapi apabila mereka melanggarnya,maka Nabi saw amat keras amarahnya.beliau tidak akan memberi maaf kepada sesuatu yang menyinggung agama dan yang berhubungan dengan hak-hak Allah Swt,sebab pemberian maaf dalam hal ini berarti membiarkan terjadinya penginaan terhadap hak-hak Allah Swt. Diriwayatkan bahwa suatu ketika Junaid al-Baghdadi menuturkan; “Aku sedang duduk-duduk di masjid asy-syunuziah,menunggu iringan mayat agar aku bisa ikut melaksanakan shalat jenazah.orang-orang Baghdad dengan berbagai kelasnya duduk menunggu iringan tersebut.lalu aku melihat seorang miskin yang bertopeng sebagai sufi sedang mengemis di kerumunan orang banyak.aku berkata kepada diriku sendiri,’jika orang ini mau bekerja untuk memperoleh rizkinya,itu akan lebih baik baginya’ketika aku kembali kerumah,maka seperti biasanya,aku mulai melakukan wiridku di malam hari,menangis dan shalat,serta melakukan amalan-amalan lainya.tetapi semua wiridku itu terasa memberatkan jiwaku,maka akupun memutuskan untuk duduk-duduk saja melepas lelah. Ketika kantuk datang kepadaku,aku melihat si pengemis itu.kulihat orang-orang sedang meletakan tubuhnya di atas hamparan kain yang lebar dan mereka memerintahkan kepadaku,’makanlah daging orang ini,karena engkau telah menggunjingnya.’keadaan orang itu di ungkapka kepadaku dan aku memprotes,’aku tidak mengunjingnya!aku hanya mengatakan sesuatu kepada diriku sendiri!lalu dikatakan kepadaku.’pergilah!seperti itupun tidak layak.pergilah kepada orang itu dan meminta maaflah! Paginya,aku terus mencari orang itu sampai aku menemukannya sedang mengumpulkan daun-daunan yang tersisa didalam air yang digunakan untuk mencuci sayuran.ketika aku memberi salam kepadanya,dia bertanya’Wahai Abul Qasim,apakah engkau dating kesini untuk menggunjing?’aku menjawab’Tidak!’dia lalu berkata’semoga Allah mengampuni dosa kita berdua’ Lihat pula bagaimana perilaku imam Hasan al-Bashry dalam mengamalkan sifat al-Afwu ini.dikisahkan; Bahwa suatu ketika,sahabat beliau datang dan berkata ‘si Fulan dan si Fulan telah menggunjing Anda’lalu,imam Hasan mengirimkan kue-kue kepada orang yang telah menggunjingnya dengan pesan’Aku mendengar bahwa engkau telah melimpahkan amal baikmu kepadaku,aku ingin membalas kebaikanmu’ Saudaraku,didalam kata maaf sesungguhnya terdapat dua hal yang utama yaitu; Pertama;sikap meminta maaf,dan kedua;sikap memberi maaf. Orang yang bijak adalah orang yang mau mengakui kesalahan dan segera meminta maaf atas kesalahannya.sedangkan orang yang dapat memberikan maaf atau memaafkan kesalahan orang lain terhadap dirinya,maka ia bukan saja bijak,tetapi ia juga termasuk didalam golongan orang-orang yang bertaqwa Sebagaimana firman-Nya;”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.(yaitu)orang-orang yang menafkahkan(hartanya),baik di waktu lapang maupun sempit,dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan(kesalahan)orang.Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”(Q.S. Ali-Imran:133-134) Kalaulah kita memiliki lidah yang tak pelit meminta dan menerima maaf,maka sungguh indah kehidupan ini.tak perlu lagi kita saling menarik urat leher,mencari-cari kesalahan orang lain,karena bukankah manusia adalah biangnya kesalahan.apalagi kalau permintaan dan pemberian maaf itu disertai dengan dengan hati yang tulus dan ikhlas,maka tak perlu lagi kita membalas menjelek-jelekan saudara kita yang sedang khilaf atau lalai.bukankah Allah Ta’ala telah berfirman;”jika kamu melahirkan suatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan suatu kesalahan orang lain,maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.”(an-nissa;149) Marilah kita saling mengingatkan dengan menyampaikan pesan yang disampaikan Rasulullah saw kepada sahabat Uqbah bin Amir; “Ingatlah!Aku akan memberitahu kepadamu tentang akhlak yang paling utama bagi orang-orang di dunia dan di akherat.yaitu;kamu mempererat hubungan orang yang memutuskan hubungan denganmu,memberikan sesuatu kepada orang-orang yang menghalangi pemberian kepadamu serta memberi pengampunan(memaafkan)kepada orang yang menganiaya dirimu.” Anas bin Malik r.a. meriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah saw pernah bersabda;”apabila para makhluk dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk menjalani pemeriksaan,terdengarlah suara keras,’Harap berdiri orang-orang yang pahalanya disisi Allah!’saat itu ada orang yang bertanya,’siapakah orang-orang yang pahalanya disisi Allah itu ya Rasulullah!”beliau menjawab’Mereka adalah orang-orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain.’maka merekapun berdiri serta memasuki surga tanpa di hisab.’(H.R.Thabrani) ( Sumber dari : Buku Hidayah ) Maaf jika kurang berkenan di hati saudara-saudara saya sekalian,saya hanya ingin berbagi dengan semua umat di dunia ini,semoga bermanfaat... Regards

Tidak ada komentar:

Posting Komentar