Senin, 10 Agustus 2009
CINTA KARENA ALLAH
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Based on True Story..
Dilihat dari usianya, beliau sudah tidak muda lagi. Usia yg sudah senja
bahkan sudah mendekati malam. Pak Suyatno, 58 tahun, kesehariannya dia
isi dengan merawat istrinya yang sakit. Istrinya juga sudah tua.
Mereka menikah sudah lebih 32 tahun . Mereka dikarunia 4 orang anak. Di
sinilah awal cobaan menerpa. Setelah istrinya melahirkan anak mereka
yang keempat, tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu
terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ketiga, seluruh tubuhnya menjadi
lemah bahkan terasa tidak bertulang. Lidahnya pun sudah tidak bisa
digerakkan lagi.
Setiap hari, Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan
mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia
gendong istrinya di depan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara, tapi Pak Suyatno selalu melihat
istrinya tersenyum. Untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh
dari rumahnya, sehingga siang hari dia bisa pulang untuk menyuapi
istrinya makan siang. Sorenya, Pak Suyatno pulang memandikan dan
mengganti pakaian istrinya. Selepas maghrib, dia temani istrinya nonton
televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tanpa tidak bisa menanggapi, Pak
Suyatno sudah cukup senang. Bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap
berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan sabar
dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan keempat buah hati mereka.
Sekarang, anak2 mereka sudah dewasa. Tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari, keempat anak Pak Suyatno berkumpul di rumah orang tua
mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah,
mereka tinggal dengan keluarga masing2.
Pak Suyatno memutuskan mereka sendiri istri sekaligus ibu anak2 itu.
Yang diinginkan Pak Suyatno hanya satu: semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2, anak yg sulung berkata, "Pak, kami ingin
sekali merawat ibu. Semenjak kami kecil, kami melihat Bapak merawat ibu
tanpa ada sedikit pun keluhan keluar dari bibir Bapak. Bahkan, Bapak
tidak ijinkan kami menjaga ibu."
Dengan air mata berlinang, anak itu melanjutkan kata2nya, "Sudah yg
keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibu pun
akan mengijinkannya. Kapan bapak menikmati masa tua bapak jika terus
berkorban seperti ini? Kami sudah tidak tega melihat bapak seperti ini.
Kami janji akan merawat ibu bergantian."
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka.
"Anak2ku, jikalau hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak
akan menikah lagi. Tapi ketahuilah, dengan adanya ibu kalian di
sampingku, itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian..."
sejenak kerongkongannya tersekat, "kalian yg selalu kurindukan hadir di
dunia ini dengan penuh cinta, yg tidak ada satu pun yang lebih berharga
dari itu. Coba kalian tanya ibumu, apakah dia menginginkan keadaanya
seperti Ini? Kalian menginginkan bapak bahagia. Apakah batin bapak bisa
bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang? Kalian
menginginkan bapak yg masih diberi Allah Swt kesehatan dirawat oleh
orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit?"
Meledaklah tangis anak2 Pak Suyatno. Mereka juga melihat butiran2 kecil
air jatuh dari pelupuk mata Ibu Suyatno. Dengan pilu, ditatapnya mata
suami yg sangat dicintainya itu.
Suatu saat, Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk
menjadi narasumber dalam acara Islami selepas shubuh. Pemirsa di studio
mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno bagaimana mampu bertahan selama
25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2. Pada saat itulah
meledak tangis beliau, begitu pula dengan para tamu yg hadir di studio
yang
kebanyakan adalah kaum perempuan. Mereka tidak sanggup menahan haru saat
mendengar Pak Suyatno bercerita:
"Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta tapi dia tidak
mencintai karena Allah Swt, semuanya akan luntur. Saya telah memilih
istri saya menjadi pendamping hidup saya. Sewaktu dia sehat, dia dengan
sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan batinnya, bukan hanya
dengan mata. Dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2.
Sekarang dia sakit, berkorban untuk saya karena Allah Swt (dengan
melahirkan anak keempat--ed) dan itu merupakan
ujian bagi saya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya, apalagi
dia sakit. Setiap malam, saya bersujud dan menangis. Saya dapat
ceritakan (keluh kesah--ed) kepada Allah di atas sajadah. Dan saya
yakin, hanya kepada Allah saya percaya untuk
menyimpan dan mendengar rahasia saya...."
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar